BUDAYA
“NGARET” ORANG INDONESIA
Bangsa
Indonesia memiliki kebiasaan atau bias disebut budaya yang tidak bias
ditinggalkan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbudaya. Banyak budaya
yang membuat nama Indonesia terkenal di dunia. Budaya kesenian tradisional
banyak sekali berasal dari berbagai suku di Negara kita. Namun, ada sebuah
budaya yang tidak berasal dari suku manapun, yakni budaya yang berasal dari
diri kita sendiri yaitu budaya terlambat bias disebut dengan sebutan “ngaret”.
Istilah
ngaret memang sudah lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Namun kenyataan
hal tersebut sangat merugikan kita semua. Dan yang sangat disayangkan masih
banyak diantara kita yang membudidayakan budaya tersebut. Dari berbagai level
sosial, ekonomi dan pendidikan, ngaret sudah menjadi sebuah penyakit yang
tampak disukai namun juga sangat dibenci.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sejatinya setiap
orang pasti pernah terlambat dengan berbagai macam alasan. Semua ini dianggap
wajar bila keterlambatan tersebut hanya terjadi secara periodik, akan tetapi
jika keterlambatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan terkesan
sengaja maka itu tidak bias di tolerir lagi. Banyak cara yang digunakan untuk
menutupi kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya yaitu alasan bangun kesiangan,
macet, kendaraan mogok dll.
Namun
semua itu tetap kembali kepada diri kita masing-masing, bagaimana cara kita
mengatur diri dari rasa malas, bagaimana penerapan kedisiplinan kita untuk
mengatasi masalah tersebut dan bagaimana cara kita menghargai waktu dan
manajemen waktu dengan sebaik mungkin.
Kebudayaan
“Ngaret” yang telah marak di Indonesia ini sudah menjadi rahasia umum bagi kita
semua. Bias dibilang hampir semua aspek
di kehidupan kita ngaret, mulai daru lalu lintas, pendidikan, teknologi dan
lain-lain. Hal yang paling sering kita temui adalah kebiasaan ngaret dalam
membuat janji dengan seseorang. Sikap disiplin dan tepat waktu memang masih
sangat rendah dalam kehidupan keseharian masyarakat Indonesia. Kalaupun mereka
bias menjalankan biasanya karena di paksa. Biasanya dengan diberikan punishment
atau hukuman maka mereka akan tepat waktu. Dengan cara seperti itu maka kebiasaan disiplin dan
datang tepat waktu baru bias berjalan.
Sudah
menjadi rahasia umum kalau di Indonesia marak akan kebudayaan “Ngaret”. Telat
atau terlambat, kata telat merujuk kearah ketidaksengajaan, berbeda dengan
ngaret yang lebih condong ke kesengajaan dalam diri kita sehingga ngaret itu
justru yang menyebabkan terlambat.
Ngaret
adalah istilah untuk ketidaktepatan waktu, atau bias dikatakan terlambat karena
mengulur-ulur waktu atau malas. Kebiasaan terlambat memang bukan hal yang aneh
lagi dilingkungan kita dan biasanya kita sangat akrab dengan istilah “jam
karet”. Jam karet dalah istilah yang merujuk kepada konsep “elastisitas” waktu,
dimana sebuah waktu yang telah ditentukan bukan merupakan suatu yang pasti
melainkan suatu yang dapat diundur (dianalogikan dengan direnggangkan atau
diulur seperti karet). Istilah jam keret pun sekan sudah menjadi suatu budaya
tersendiri di Indonesia.
Ada
beberapa penyebab orang Indonesia sering tidak tepat waktu, diantaranya yaitu :
1.
Orang-orang suka menunda.
Suka menunda adalah penyebab utama dari jam
karet ini. Tidak bias dipungkiri lagi banyak sekali orang yang sering menunda
dalam melakukan sesuatu
2.
Orang-orang menganggap bahwa jam
karet sudah menjadi budaya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa “buat apa
datang tepat waktu, toh akhirnya acara juga pasti akan molor kok”. Kira-kira
seperti itulah persepsi sebagian orang, mereka malas untuk datang tepat waktu
(datang cepat) karena mereka meyakini bahwa biasanya acara akan jadi molor).
3.
Kebiasaan memaklumi keadaan.
Di Indonesia bukanlah hal yang tabuh untuk
memaklumi sesuatu, misalnya seseorang yang datang terlambat kekantor, atu
seseorang yang terlambat dalam melakukan janji. Akan selalu ada alasan untuk
kita bias memaklumi. Pemakluman yang terlalu sering akan mengakibatkan kita
kurang tegas dan kalau kita kurang tegas maka disiplin pun akan susah untuk
diterapkan.
4.
Kurangnya kesadaran masyarakat
akan arti disiplin.
Dengan merembaknya budaya ngaret dan telat
sudah menjadi cerminan buruknya tingkat kedisiplinan menghargai waktu para
warga di indonesiabahkan bias dikatakan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan
budaya ngaret yang sudah sangat mendarah daging karena menurut beberapa artikel
di Negara lain justru sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan ketepatan
waktu. Kedisiplinan memang harus dibudayakan bukan malah ngaret atau telat yang
justru dilestarikan.
5.
Kurangnya kesadaran menghargai
waktu.
Sudah kita ketahui bahwa banyak orang sukses di
dunia dikarenakan mereka memanfaatkan waktu dengan baik. Bagi sebagian orang,
memanfaatkan waktu adalah hal yang sangat penting untuk diterapkan, namun dalam
kenyataak lebih banyak orang yang tidak bias menghargai waktu dengan baik.
Banyak hal yang dapat kita capai jika kita memanfaatkan waktu dengan baik.
Secara teori mungkin sudah banyak orang yang mengetahui bahwa menghargai waktu
itu adalah sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang
sangat vital peranannya.
Budaya
ngaret dapat menyebabkan dampak positif maupun negative. Akan tetapi lebih
banyak dam[pak negative yang akan timbul dibandingkan dampak positifnya.
Dibawah ini merupakan dampak negative dari kebudayaan ngaret :
1.
Rencana yang akan dilakukan
menjadi berantakan.
Penundaan
serta penguluran waktu yang dilakukan ketika ngaret tentu akan menyebabkan atau
merusak schedule yang telah dibuat.
2.
Mengakibatkan rasa gelisah atau
stress.
Karena
mungkin ada rasa bersalah dalam diri kita karena telah menyebabkan
keterlambatan maka akan berakibat negative atau tidak menguntungkan terhadap
diri kita sendiri
3.
Mengecewakan dan membosankan
pihak lain.
Orang
lain bias kecewa, marah, bosan dengan tingkah kita yang tidak bisa memanfaatkan
dengan baik dalam hal penggunaan waktu.
4.
Mencemarkana diri sendiri dan
nama baik bangsa.
Jika kita
sering ngaret maka kita akan dicap sebagai seseorang yang tidak bisa tepat
waktu.
Sedangkan
untuk dampak positifnya adalah :
1.
Lebih santai.
Orang-orang
di psikolog atau psikiater menyebut orang dengan kepribadian ini dengan tipe B
yaitu kebalikan dari tipe A yang cenderung selalu menepati janji. Orang dengna
kepribadian tipe B ini cenderung santai
dan tidak terlalu menaruh perhaian terhadap waktu. Kebanyakan dari orang yang
berkepribadian tipe B ini lebih cenderung memiliki prinsip alon-alon asal
klakon.
Salah
satu cara terbaik agar kita dapat dengan benar menghargai waktu supaya tidak
terus-terusan ngaret atau terlambat adalah dengan mebuat jadwal dari aktivitas
yang akan direncanakan dilakukan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus