Kamis, 18 Desember 2014

BUDAYA “NGARET” ORANG INDONESIA



BUDAYA “NGARET” ORANG INDONESIA

Bangsa Indonesia memiliki kebiasaan atau bias disebut budaya yang tidak bias ditinggalkan. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbudaya. Banyak budaya yang membuat nama Indonesia terkenal di dunia. Budaya kesenian tradisional banyak sekali berasal dari berbagai suku di Negara kita. Namun, ada sebuah budaya yang tidak berasal dari suku manapun, yakni budaya yang berasal dari diri kita sendiri yaitu budaya terlambat bias disebut dengan sebutan “ngaret”.
Istilah ngaret memang sudah lekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Namun kenyataan hal tersebut sangat merugikan kita semua. Dan yang sangat disayangkan masih banyak diantara kita yang membudidayakan budaya tersebut. Dari berbagai level sosial, ekonomi dan pendidikan, ngaret sudah menjadi sebuah penyakit yang tampak disukai namun juga sangat dibenci.
 Tidak dapat dipungkiri bahwa sejatinya setiap orang pasti pernah terlambat dengan berbagai macam alasan. Semua ini dianggap wajar bila keterlambatan tersebut hanya terjadi secara periodik, akan tetapi jika keterlambatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan terkesan sengaja maka itu tidak bias di tolerir lagi. Banyak cara yang digunakan untuk menutupi kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya yaitu alasan bangun kesiangan, macet, kendaraan mogok dll.
Namun semua itu tetap kembali kepada diri kita masing-masing, bagaimana cara kita mengatur diri dari rasa malas, bagaimana penerapan kedisiplinan kita untuk mengatasi masalah tersebut dan bagaimana cara kita menghargai waktu dan manajemen waktu dengan sebaik mungkin.
Kebudayaan “Ngaret” yang telah marak di Indonesia ini sudah menjadi rahasia umum bagi kita semua.  Bias dibilang hampir semua aspek di kehidupan kita ngaret, mulai daru lalu lintas, pendidikan, teknologi dan lain-lain. Hal yang paling sering kita temui adalah kebiasaan ngaret dalam membuat janji dengan seseorang. Sikap disiplin dan tepat waktu memang masih sangat rendah dalam kehidupan keseharian masyarakat Indonesia. Kalaupun mereka bias menjalankan biasanya karena di paksa. Biasanya dengan diberikan punishment atau hukuman maka mereka akan tepat waktu. Dengan  cara seperti itu maka kebiasaan disiplin dan datang tepat waktu baru bias berjalan.
Sudah menjadi rahasia umum kalau di Indonesia marak akan kebudayaan “Ngaret”. Telat atau terlambat, kata telat merujuk kearah ketidaksengajaan, berbeda dengan ngaret yang lebih condong ke kesengajaan dalam diri kita sehingga ngaret itu justru yang menyebabkan terlambat.
Ngaret adalah istilah untuk ketidaktepatan waktu, atau bias dikatakan terlambat karena mengulur-ulur waktu atau malas. Kebiasaan terlambat memang bukan hal yang aneh lagi dilingkungan kita dan biasanya kita sangat akrab dengan istilah “jam karet”. Jam karet dalah istilah yang merujuk kepada konsep “elastisitas” waktu, dimana sebuah waktu yang telah ditentukan bukan merupakan suatu yang pasti melainkan suatu yang dapat diundur (dianalogikan dengan direnggangkan atau diulur seperti karet). Istilah jam keret pun sekan sudah menjadi suatu budaya tersendiri di Indonesia.
Ada beberapa penyebab orang Indonesia sering tidak tepat waktu, diantaranya yaitu :
1.     Orang-orang suka menunda.
Suka menunda adalah penyebab utama dari jam karet ini. Tidak bias dipungkiri lagi banyak sekali orang yang sering menunda dalam melakukan sesuatu
2.    Orang-orang menganggap bahwa jam karet sudah menjadi budaya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa “buat apa datang tepat waktu, toh akhirnya acara juga pasti akan molor kok”. Kira-kira seperti itulah persepsi sebagian orang, mereka malas untuk datang tepat waktu (datang cepat) karena mereka meyakini bahwa biasanya acara akan jadi molor).
3.    Kebiasaan memaklumi keadaan.
Di Indonesia bukanlah hal yang tabuh untuk memaklumi sesuatu, misalnya seseorang yang datang terlambat kekantor, atu seseorang yang terlambat dalam melakukan janji. Akan selalu ada alasan untuk kita bias memaklumi. Pemakluman yang terlalu sering akan mengakibatkan kita kurang tegas dan kalau kita kurang tegas maka disiplin pun akan susah untuk diterapkan.
4.    Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti disiplin.
Dengan merembaknya budaya ngaret dan telat sudah menjadi cerminan buruknya tingkat kedisiplinan menghargai waktu para warga di indonesiabahkan bias dikatakan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan budaya ngaret yang sudah sangat mendarah daging karena menurut beberapa artikel di Negara lain justru sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan ketepatan waktu. Kedisiplinan memang harus dibudayakan bukan malah ngaret atau telat yang justru dilestarikan.
5.    Kurangnya kesadaran menghargai waktu.
Sudah kita ketahui bahwa banyak orang sukses di dunia dikarenakan mereka memanfaatkan waktu dengan baik. Bagi sebagian orang, memanfaatkan waktu adalah hal yang sangat penting untuk diterapkan, namun dalam kenyataak lebih banyak orang yang tidak bias menghargai waktu dengan baik. Banyak hal yang dapat kita capai jika kita memanfaatkan waktu dengan baik. Secara teori mungkin sudah banyak orang yang mengetahui bahwa menghargai waktu itu adalah sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan yang sangat vital peranannya.
Budaya ngaret dapat menyebabkan dampak positif maupun negative. Akan tetapi lebih banyak dam[pak negative yang akan timbul dibandingkan dampak positifnya. Dibawah ini merupakan dampak negative dari kebudayaan ngaret :
1.     Rencana yang akan dilakukan menjadi berantakan.
Penundaan serta penguluran waktu yang dilakukan ketika ngaret tentu akan menyebabkan atau merusak schedule yang telah dibuat.
2.    Mengakibatkan rasa gelisah atau stress.
Karena mungkin ada rasa bersalah dalam diri kita karena telah menyebabkan keterlambatan maka akan berakibat negative atau tidak menguntungkan terhadap diri kita sendiri
3.    Mengecewakan dan membosankan pihak lain.
Orang lain bias kecewa, marah, bosan dengan tingkah kita yang tidak bisa memanfaatkan dengan baik dalam hal penggunaan waktu.


4.    Mencemarkana diri sendiri dan nama baik bangsa.
Jika kita sering ngaret maka kita akan dicap sebagai seseorang yang tidak bisa tepat waktu.
Sedangkan untuk dampak positifnya adalah :
1.     Lebih santai.
Orang-orang di psikolog atau psikiater menyebut orang dengan kepribadian ini dengan tipe B yaitu kebalikan dari tipe A yang cenderung selalu menepati janji. Orang dengna kepribadian tipe B ini  cenderung santai dan tidak terlalu menaruh perhaian terhadap waktu. Kebanyakan dari orang yang berkepribadian tipe B ini lebih cenderung memiliki prinsip alon-alon asal klakon.
Salah satu cara terbaik agar kita dapat dengan benar menghargai waktu supaya tidak terus-terusan ngaret atau terlambat adalah dengan mebuat jadwal dari aktivitas yang akan direncanakan dilakukan.

1 komentar: